Tampilkan postingan dengan label bss. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bss. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Mei 2012

BAKSOS GAWE BARENG BSS - LK

Hirup manusamah teu bisa sorangan,,tanggtu butuh batur pikeun pakumaha... tah ku eta hal hayu Baraya Sunda Sadulur sadaya urang bantu papada urang jeung urang ku jalan saling tulung tinulungan. Rempug jukung sauyunan dina nyukseskeun programna BSS anu seja babakti ka papada jalmi Dina acara Baksos pengobatan masal di Desa Malingping Majalaya.

Selasa, 17 April 2012

Buletin Bagian KaDalapan

Bagian VIII

Raja Kerajaan Pajajaran Keempat Adalah Ratu Sakti [ 1543 - 1551 ]. Untuk Mengatasi Keadaan Yang Ditinggalkan Ratu Dewata Yang Bertindak Serba Alim, Ia Bersikap Keras Bahkan Akhirnya Kejam Dan Lalim. Dengan Pendek Carita Parahiyangan Melukiskan Raja Ini. Banyak Rakyat Dihukum Mati Tanpa Diteliti Lebih Dahulu Salah Tidaknya. Harta Benda Rakyat Dirampas Untuk Kepentingan Keraton Tanpa Rasa Malu Sama Sekali. Kemudian Raja Ini Melakukan Pelanggaran Yang Sama Dengan Dewa Niskala Yaitu Mengawini "Estri Larangan Ti Kaluaran" [ Wanita Pengungsi Yang Sudah Bertunangan ]. Masih Ditambah Lagi Dengan Berbuat Skandal Terhadap Ibu Tirinya Yaitu Bekas Para Selir Ayahnya. Karena Itu Ia Diturunkan Dari Tahta Kerajaan. Ia Hanya Beruntung Karena Waktu Itu Sebagian Besar Pasukan Hasanuddin Dan Fadillah Sedang Membantu Sultan Trenggana Menyerbu Pasurua Dan Panarukan. Setelah Meninggal, Ratu Sakti Dipusarakan Di Pengpelengan.

Buletin Bagian KaTujuh

Bagian VII

Surawisesa Tidak Menampilkan Namanya Dalam Prasasti. Ia Hanya Meletakkan Dua Buah Batu Di Depan Prasasti Itu. Satu Berisi Astatala Ukiran Jejak Tangan, Yang Lainnya Berisi Padatala Ukiran Jejak Kaki. Mungkin Pemasangan Batutulis Itu Bertepatan Dengan Upacara Srada Yaitu "Penyempurnaan Sukma" Yang Dilakukan Setelah 12 Tahun Seorang Raja Wafat. Dengan Upacara Itu, Sukma Orang Yang Meninggal Dianggap Telah Lepas Hubungannya Dengan Dunia Materi. Surawisesa Dalam Kisah Tradisional Lebih Dikenal Dengan Sebutan Guru Gantangan Atau Munding Laya Dikusuma. Permaisurinya, Kinawati, Berasal Dari Kerajaan Tanjung Barat Yang Terletak Di Daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sekarang. Kinawati Adalah Puteri Mental Buana, Cicit Munding Kawati Yang Kesemuanya Penguasa Di Tanjung Barat.

Buletin Bagian KaGenep

Bagian VI

Barros Menyebut Fadillah Dengan Faletehan. Ini Barangkali Lafal Orang Portugis Untuk Fadillah Khan. Tome Pinto Menyebutnya Tagaril Untuk Ki Fadil [ Julukan Fadillah Khan Sehari-Hari ]. Kretabhumi I/2 Menyebutkan, Bahwa Makam Fadillah Khan [ Disebut Juga Wong Agung Pase ] Terletak Di Puncak Gunung Sembung Berdampingan [ Di Sebelah Timurnya ] Dengan Makam Susushunan Jati. Hoesein Djajaningrat [ 1913 ] Menganggap Fadillah Identik Dengan Susuhunan Jati. Nama Fadillah Sendiri Baru Muncul Dalam Buku Sejarah Indonesia Susunan Sanusi Pane [ 1950 ]. Carita Parahiyangan Menyebut Fadillah Dengan Arya Burah. Pasukan Fadillah Yang Merupakan Gabungan Pasukan Demak-Cirebon Berjumlah 1967 Orang. Sasaran Pertama Adalah Banten, Pintu Masuk Selat Sunda.

Buletin Bagian KaLima

Bagian V

Karena Permusuhan Tidak Berlanjut Ke Arah Pertumpahan Darah, Maka Masing Masing Pihak Dapat Mengembangkan Keadaan Dalam Negerinya. Demikianlah Pemerintahan Sri Baduga Dilukiskan Sebagai Jaman Kesejahteraan [ Carita Parahiyangan ]. Tome Pires Ikut Mencatat Kemajuan Jaman Sri Baduga Dengan Komentar "The Kingdom Of Sunda Is Justly Governed; They Are True Men" [ Kerajaan Sunda Diperintah Dengan Adil; Mereka Adalah Orang-Orang Jujur ]. Juga Diberitakan Kegiatan Perdagangan Sunda Dengan Malaka Sampai Ke Kepulauan Maladewa [ Maladiven ]. Jumlah Merica Bisa Mencapai 1000 Bahar [ 1 Bahar = 3 Pikul ] Setahun, Bahkan Hasil Tammarin [ Asem ] Dikatakannya Cukup Untuk Mengisi Muatan 1000 Kapal.

Buletin Bagian KaOpat

Bagian IV

Panggeres Adalah Hasil Lebih Atau Hasil Cuma-Cuma Tanpa Usaha. Reuma Adalah Bekas Ladang. Jadi, Padi Yang Tumbuh Terlambat [ Turiang ] Di Bekas Ladang Setelah Dipanen Dan Kemudian Ditinggalkan Karena Petani Membuka Ladang Baru, Menjadi Hak Raja Atau Penguasa Setempat [ Tohaan ]. Dongdang Adalah Alat Pikul Seperti "Tempat Tidur" Persegi Empat Yang Diberi Tali Atau Tangkai Berlubang Untuk Memasukan Pikulan. Dondang Harus Selalu Digotong. Karena Bertali Atau Bertangkai, Waktu Digotong Selalu Berayun Sehingga Disebut "Dondang" [ Berayun ]. Dondang Pun Khusus Dipakai Untuk Membawa Barang Antaran Pada Selamatan Atau Arak-Arakan. Oleh Karena Itu, "Pare Dongdang" Atau "Penggeres Reuma" Ini Lebih Bersifat Barang Antaran.

Buletin Bagian KaTilu

Bagian III

Waktu Mudanya Sri Baduga Terkenal Sebagai Kesatria Pemberani Dan Tangkas Bahkan Satu-Satunya Yang Pernah Mengalahkan Ratu Japura [ Amuk Murugul ] Waktu Bersaing Memperbutkan Subanglarang [ Istri Kedua Prabu Siliwangi Yang Beragama Islam ]. Dalam Berbagai Hal, Orang Sejamannya Teringat Kepada Kebesaran Mendiang Buyutnya [ Prabu Maharaja Lingga Buana ] Yang Gugur Di Bubat Yang Digelari Prabu Wangi. Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/2 Mengungkapkan Bahwa Orang Sunda Menganggap Sri Baduga Sebagai Pengganti Prabu Wangi, Sebagai Silih Yang Telah Hilang. Naskahnya Berisi Sebagai Berikut [ Artinya Saja ]:

Buletin Bagian KaDua

Bagian II

Lain Dengan Galuh, Nama Kawali Terabadikan Dalam Dua Buah Prasasti Batu Peninggalan Prabu Raja Wastu Yang Tersimpan Di Astana Gede, Kawali. Dalam Prasasti Itu Ditegaskan "Mangadeg Di Kuta Kawali" [ Bertahta Di Kota Kawali ] Dan Keratonnya Disebut Surawisesa Yang Dijelaskan Sebagai "Dalem Sipawindu Hurip" [ Keraton Yang Memberikan Ketenangan Hidup ]. Prabu Raja Wastu Atau Niskala Wastu Kancana Adalah Putera Prabu Maharaja Lingga Buana Yang Gugur Di Medan Bubat Dalam Tahun 1357. Ketika Terjadi Pasunda Bubat, Usia Wastu Kancana Baru 9 Tahun Dan Ia Adalah Satu-Satunya Ahli Waris Kerajaan Yang Hidup Karena Ketiga Kakaknya Meninggal.

Buletin Bagian KaHiji

Bagian I

Pusat Pemerintahan Kerajaan Pajajaran Selalu Berpindah-Pindah, Seperti Kawali Yang Juga Pernah Dijadikan Sebagai Ibu Kota Kerajaan Pajajaran. Keturunan Manarah Dalam Garis Turunan Laki-Laki Terputus Sehingga Pada Tahun 852 Tahta Galuh Jatuh Kepada Keturunan Banga, Yaitu Rakeyan Wuwus Yang Beristrikan Puteri Keturunan Galuh. Sebaliknya Adik Perempuan Rakeyan Wuwus Menikah Dengan Putera Galuh Yang Kemudian Menggantikan Kedudukan Iparnya Sebagai Raja Sunda IX Dengan Gelar Prabu Darmaraksa Buana.

Buletin BSS Bulan April (Full)

Bagian I

Pusat Pemerintahan Kerajaan Pajajaran Selalu Berpindah-Pindah, Seperti Kawali Yang Juga Pernah Dijadikan Sebagai Ibu Kota Kerajaan Pajajaran. Keturunan Manarah Dalam Garis Turunan Laki-Laki Terputus Sehingga Pada Tahun 852 Tahta Galuh Jatuh Kepada Keturunan Banga, Yaitu Rakeyan Wuwus Yang Beristrikan Puteri Keturunan Galuh. Sebaliknya Adik Perempuan Rakeyan Wuwus Menikah Dengan Putera Galuh Yang Kemudian Menggantikan Kedudukan Iparnya Sebagai Raja Sunda IX Dengan Gelar Prabu Darmaraksa Buana.

Kehadiran Orang Galuh Sebagai Raja Sunda Di Pakuan Waktu Itu Belum Dapat Diterima Secara Umum, Hal Ini Dapat Dimaklumi Karena Sama Halnya Dengan Kehadiran Sanjaya Dan Tamperan Sebagai Orang Sunda Di Galuh. Bahkan Prabu Darmaraksa [ 891 - 895 ] Tewas Dibunuh Oleh Seorang Menteri Sunda Yang Sangat Fanatik Akan Hal Ini. Setelah Peristiwa Itu, Tiap Raja Sunda Yang Baru Pastilah Akan Selalu Memperhitungkan Tempat Kedudukan Yang Akan Dipilihnya Menjadi Pusat Pemerintahan. Dengan Demikian, Pusat Pemerintahan Itu Berpindah-Pindah Dari Barat Ke Timur Dan Sebaliknya. Antara Tahun 895 Sampai Tahun 1311 Kawasan Jawa Barat Diramaikan Sewaktu-Waktu Oleh Iring-Iringan Rombongan Raja Baru Yang Berpindah Tempat.

Ayah Sri Jayabupati Berkedudukan Di Galuh, Sri Jayabupati Di Pakuan, Tetapi Puteranya Berkedudukan Di Galuh Lagi. Dua Raja Berikutnya [ Raja Sunda Ke-22 Dan Ke-23 ] Memerintah Kembali Di Pakuan. Raja Ke-24 Memerintah Di Galuh Dan Raja Ke-25, Yaitu Prabu Guru Darmasiksa Mula-Mula Berkedudukan Di Saunggalah, Kemudian Pindah Lagi Ke Pakuan. Puteranya, Prabu Ragasuci, Berkedudukan Di Saunggalah. Proses Kepindahan Seperti Ini Memang Merepotkan, Namun Pengaruh Positifnya Jelas Sekali Dalam Hal Pemantapan Etnik Di Jawa Barat. Antara Galuh Dengan Sunda Memang Terdapat Kelainan Dalam Hal Tradisi.

Rabu, 11 April 2012

Renungan : Kasih IBU

Seorang ibu dalam hidupnya membuat kebohongan demi kita.

 
  1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kpd anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tidak lapar."
  2. Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka daging, makanlah, nak.."
  3. Tengah malam saat dia sdg menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata, "Istirahatlah nak, ibu masih belum ngantuk.."
  4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."
  5. Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana."
  6. Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya......Karena beliaulah malaikat yang nyata yang dikirim Tuhan untuk menjaga kita ... maka BAHAGIAKANLAH IBU KALIAN, selagi kalian masih diberi kesempatan untuk melihatnya ...

By :  Adam Subang 

Rabu, 04 April 2012

Memahami Rabb dan Rasul-Nya

Memahami Rabb dan Rasul-Nya
Posted: April 16, 2011 by kuabdi in K.H. Usman Shalehuddin
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 21-24 (Pokok Hukum Musrik dan Cara Menjauhinya)
Oleh K.H. Usman Shalehuddin.

Membahas hukum dan ciri-ciri orang musyrik tidak bisa dilepaskan dari masalah tauhid. Dalam Al-Quran dari awal sampai akhir dijelaskan dengan terperinci. Hal-hal pokok yang perlu diketahui dan dipahami syirik (yang harus dimulai dari pembahasan tauhid) terkandungan dalam Surat Al-Baqarah ayat 21-24.

“Wahai manusia! Ibadahilah Tuhanmu (Rabbmu) yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa;” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 21)

Selasa, 03 April 2012

BARAYA SUNDA SADULUR

“BARAYA SUNDA SADULUR”
Adalah suatu Komunitas yang bersifat umum, yang bergerak dibidang Seni budaya dan Sosial kemasyarakatan, tidak mengandung Unsur POLITIK sama sekali dan tidak akan terjun dalam dunia Perpolitikan.





FILOSOFI KATA “BARAYA SUNDA SADULUR”
“BARAYA” adalah kumpulan pemersatu dan tidak bercerai berai dikala menghadapi suatu perbedaan serta senang menjalin silaturahmi.
“SUNDA” dalam bahasa sansekerta yaitu sopan, bersinar terang dan selalu menjadi cahaya alam dan hati manusia, serta tidak memberi kegelapan. Selalu dihormati dan diterima dimanapun berada.
“SADULUR” artinya adalah ikatan persaudaraan, saling bahu membahu dan tolong menolong antar sesama dimanapun berada.
Jadi Filosofi Kata “BARAYA SUNDA SADULUR” adalah suatu kumpulan pemersatu yang senang menjalin silaturahmi, selalu Sopan, dihormati, dan diterima dimanapun berada serta saling bahu membahu dan tolong menolong antar sesama.

BARAYA SUNDA SADULUR

“BARAYA SUNDA SADULUR”

Adalah suatu Komunitas yang bersifat umum, yang bergerak dibidang Seni budaya dan Sosial kemasyarakatan, tidak mengandung Unsur POLITIK sama sekali dan tidak akan terjun dalam dunia Perpolitikan.

FILOSOFI KATA “BARAYA SUNDA SADULUR”

“BARAYA” adalah kumpulan pemersatu dan tidak bercerai berai dikala menghadapi suatu perbedaan serta senang menjalin silaturahmi.
“SUNDA” dalam bahasa sansekerta yaitu sopan, bersinar terang dan selalu menjadi cahaya alam dan hati manusia, serta tidak memberi kegelapan. Selalu dihormati dan diterima dimanapun berada.
“SADULUR” artinya adalah ikatan persaudaraan, saling bahu membahu dan tolong menolong antar sesama dimanapun berada.

Jadi Filosofi Kata “BARAYA SUNDA SADULUR” adalah suatu kumpulan pemersatu yang senang menjalin silaturahmi, selalu Sopan, dihormati, dan diterima dimanapun berada serta saling bahu membahu dan tolong menolong antar sesama.

Aqidah , sekilas info ...

Sekilas Info………..
karena ini penting sobat,agar kita tidak salah dalam penulisan dan pengertiannya yaaaa………..

Kesalahan penulisan Aamiin Yang sering Terjadi Dalam Bahasa Arab,ada empat
perbedaan kata:
“AMIN” yaitu :

1. ”AMIN” (aliF dan mim sama-sama pendek) artinya AMAN, TENTRAM
2.“AAMIN” (alif panjang & mim pendek),artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3.”AMIIN” (alif pendek& mim panjang),artiny a JUJUR TERPERCAYA
4.“AAMIIN” (alif & mimsama-samapan jang), ,KABULKANLAN DOA KAMI

Emutaneun kangge Urang

Ngemutan Kangge wargi ST (Subang Tandang)...
Kalintang pentingna kangge Urang supados ulah lepat dina nulisna, margi lepat nulis bisa benten hartosna……….
Aamiin nusering di ucapkeun di Bahasa Arab,aya opat ..:

1.“AMIN” : (aliF srg mim sami pendek) hartosna AMAN, TENTRAM
2. “AAMIN”: (alif panjang & mim pendek),hartosna MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3.”AMIIN”: (alif pendek & mim panjang),hartosna JUJUR TERPERCAYA
4.“AAMIIN” (alif & mim sami panjang),hartosna KABULKANLAN DOA KAMI“

Senin, 02 April 2012

Agama Asli Dalam Tradisi Sunda Kuno


Oleh ENGKUS RUSWANA K.

BELAKANGAN ini agak sering muncul tulisan maupun pandangan mengenai perjumpaan Islam dengan budaya Sunda. Penulis merasa terusik untuk mengkaji ulang klaim-klaim sebagian masyarakat yang mengatakan Islam identik dengan Sunda dan Sunda identik dengan Islam.
Ada masyarakat yang mengungkapkan bahwa di masyarakat Sunda terdapat juga penganut agama Sunda Wiwitan, komunitas pengikut Madrais dan komunitas pengikut Mei Kartawinata yang masih mempertahankan ajaran leluhurnya. Menurut pengetahuan penulis, penghayat atau kelompok masyarakat yang masih menghormati dan melaksanakan ajaran leluhur Sunda tidak hanya terdapat di Kanekes Baduy, Ciptagelar Sukabumi, Cigugur Kuningan, dan Ciparay Bandung. Banyak sekali masyarakat yang memegang teguh ajaran leluhurnya, tapi karena pertimbangan tertentu belum berani mengungkapkan keyakinannya.
Penulis merasa perlu memberikan ulasan sehubungan dengan ada kajian yang tidak lengkap yang mengundang penafsiran negatif dan pandangan yang keliru terhadap masalah tersebut di atas. Bahkan, ada bahasan yang tidak didukung oleh kajian mendalam khususnya yang berkaitan dengan ajaran Madrais dan ajaran Mei Kartawinata.
Hal pertama, jika ada pihak yang menyimpulkan bahwa Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda Padjadjaran menganut Hindu, masih patut diragukan kebenarannya sebab sampai dengan saat ini belum ada bukti sejarah yang dapat mendukung kesimpulan tersebut. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan apakah Galuh dan Pajajaran menganut Hindu-Buddha atau agama/kepercayaan asli Sunda.
Beberapa komunitas Sunda, termasuk Sunda Wiwitan, Cigugur, Ciparay dan beberapa komunitas lainnya, berkeyakinan kepercayaan yang dianut kedua kerajaan tersebut adalah agama/kepercayaan asli Sunda. Hal ini sejalan dengan penelitian antropolog Nanang Saptono dalam tulisan berjudul “Di Jateng Ada Candi, di jabar Kabuyutan” yang dimuat dalam Harian Kompas, 3 September 2001 yang menyatakan, “Dalam Carita Parahyangan juga menunjuk bahwa kepercayaan umum raja-raja di Galuh ialah sewabakti ring batara upati yang berorientasi kepada kepercayaan asli”.

Babar Kecap Panyipuhan Alam Panyundaan


Bismillahi Dzat nu Nyipta tur ngabuka babak lampah jagat raya Nu jadi ka-RUH-an Sarining Haya.
Sumujud nyungkur ka Papayung ti Hiung Agung nu Tunggal ngajadikeun rupaning nu Manunggal.Laaillaha illalloh Muhammaddarrosulloh.Kalayan Kasalametan ka Jungjunan Alam, Khalifatulloh Nu jadi ka-RUH-un Sarining Sukma.Sinembahing mulya ka Indung rawuh ka Bapa, tur Tatar Adat Nusa nu jadi cukang lantaran kapanga-RUH-an Sarining Kuring ngajirim jatidiri.Kalayan hormat ka para Luluhur Sunda nu nancebkeun Sulur Buah Pikiran Luhung, nu jadi Pamancar, Pamancir jeung Pamancur Palasifah Sunda
Babak carita urang buka ku tekad tata jeung cara Sunda NINDAK ngudag WAYAH : Bral urang Milampah MARTABAT Kamanusaan Sunda.Prak urang Makalangan DARAJAT Kahirupan Sunda.Prung urang Ngawangun KALUHUNGAN Adat Budaya Sunda.
Hurung ngempur Lampu Agung – Siang Leumpang Ngabaladah…Ku Rasa nu Ngabasa. Ku Basa nu Mangrupa. Ku Rupa nu Ngaungkara. Ku Ungkara nu Nanggara.Ku Tanggara nu Ngauga. Ku Uga nu Ngawaruga.
Tujuh Rupa Ungkara nyipuh ngahirupan Dalapan Belas Rupa Puraga Talahawa jadi konci pikeun muka rusiah sabundering jagat.Pangjangka nu ngajarak saban arah – ngajadikeun KARAMAH. Pamatri nu ngajirim kana diri – ngajadikeun KARIMAH. Panglawung ngagabung sabale gandrung – ngajadikeun KARUMAH.Pangleber nu meber ka sekeseler – ngajadikeun KAREMAH.Pangjero nu ngawaro ka panggero – ngajadikeun KAROMAH.Panggeter nu meper – ngajadikeun KAREMAH.Pangangkleung nu cukleuk leuweung – ngajadikeun KEREUMAH.
Basa nu hirup dina Rasa – Nga Uga KANYATAAN.Basa nu hirup jadi Wasa – Nga Waruga KALAMPAHAN.
Indung nu jadi simbul Panyipuh :Kembang tujuh rupa nu baris mere tangara seungitna Jati Sunda.Cai sajeroning kalapa nu baris matri ngadiri kana Sukma Jati Sunda.Gelarhirhing ” BABAR SUNDA – DINA UGA – NGAWARUGA “.
Bral muka jalan tatapakan Manusa Sunda ti Nusantara rek ngalanglang Jagat, Poma tong ngahalangan bisi Katulah.Kuring rek ngalengkeh ti Wewengkon Siliwangi mere beja nu TEGES – ECES – BENTES :SUNDA MAPAG UGA, Nyukcruk Kaluhungan Indung.SUNDA NANJEUR, Parahyangan Beuneur.SUNDA MEGAR, Pajajaran Medar.SUNDA SURTI, Siliwangi Walagri.SUNDA NINDAK, Buana Robah Jadi Alam Panyundaan.Sunda Indung Sagala Manusa. Bral…! Prak…! Prung…!

“kintunanKiKARINDING”
Saduran tina Arsip Galuh Kiwari
SDHAS